Sebagai pembuka, mari kita mulai dengan surat Al-Baqaroh ayat 1 dan 2.
بسم الله الرحمن الرحيم
الم
Alif - lam - mim : Hanya Allah yang tahu maksudnya.
ذلك الكتاب
dzalika alkitabu : itu (sebuah) kitab
Pembagian Jenis Kata dalam bahasa Arab:
1. Isim (kata benda)
2. Fi'il (kata kerja)
3. Harf (kata tugas)
Bandingkan dengan bahasa Melayu atau Inggeris, pembahagian kata cukup banyak, ada kata sifat (adjective), kata benda (noun), kata tunjuk, kata ganti, kata kerja (verb), dsb.
Adakah bahasa Arab pembahagian kata sedikit sekali: hanya 3?
Ini pertanyaan awal yang sering muncul pada saat orang baru belajar bahasa Arab.
Sebenarnya tidak. Kata dalam bahasa Arab juga banyak jenisnya. Ambil contoh kata dzalika = itu. Dalam bahasa arab kata ini termasuk kata benda (isim).
Yeke? Bukannya dalam bahasa Melayu kata "itu" adalah kata ganti tunjuk, bukan kata benda? Adakah dalam bahasa arab kata dzalika = itu, termasuk kata benda?
Bukannya dalam bahasa Melayu kata benda itu, misalkan: rumah, kenderaan, dsb.
Ya, betul. Dalam bahasa Arab, rumah, kenderaan dsb itu, juga termasuk kata benda, yang disebut kata benda alam (isim alam), karena benda-benda itu wujud ada di alam. Lalu kata dzalika = itu, disebut kata benda tunjuk (isim isyaroh).
Ooo... begitu... Jadi sebenarnya walaupun dalam bahasa Arab kata hanya dibahagi 3 jenis (isim, fi'il, dan harf), tapi isim sendiri dapat dibahagi-bahagikan lagi. Ada isim alam, ada isim isyaroh, ada isim maushul dsb. Insya Allah kita akan bahas satu-satu nanti.Ooo... kalau memang dzalika = itu, yang dalam bahasa Melayu disebut kata ganti tunjuk, dalam bahasa arab dia termasuk isim isyaroh. Kalau begitu mengapa pengelompokannya dibahagi menjadi 3 bahagian? Kenapa tidak dikelompokkan misalkan 8 bahagian atau sama dengan pengelompokan bahasa Inggeris?
Ok. Di sini menariknya bahasa Arab. Ternyata pengelompokan jenis kata menjadi 3 saja itu tujuannya adalah bahawa: hukum-hukum yang berlaku bagi 3 jenis kata tersebut dalam satu kelompok sama. Contoh, setiap isim, tidak terpengaruh waktu. Misalkan kata buku waktu semalam disebut الكتاب (al-kitaabu), sedangkan waktu esok disebut al-kitaabu.
Sebentar... tidak ada bezanya sama ada bahasa Inggeris atau bahasa Melayu kalau macam tu... Book dalam kalimat Past Tense, tetap Book dalam kalimat future tense. Ok, Anda benar... Maksud hanyalah mengatakan bahawa hukum-hukum isim itu dalam satu kelompok tersendiri. Biar tambah jelas. Kata dzalika (itu), dalam bahasa arab termasuk isim (kata benda), maka kata dzalika itu juga tunduk kepada hukum-hukum isim (misalkan tidak terikat waktu).
Ok... ok, bagaimana kalau dikatakan selain tidak terikat waktu dalam bahasa Arab hukum isim berubah sesuai dengan jenis kelamin subject?
Contohnya disebutkan: Itu buku = ذلك كتاب
Kalau anda di suruh membuat kalimat: Itu pohon. Pohon bahasa Arabnya adalah syajaratun شجرة . Apakah anda akan buat seperti ini:
ذلك شجرة
dzalika sajaratun = itu(sebuah) pohon.
JAWABAN ANDA SALAH. Kenapa?
Karena dzalika adalah isim yang terikat dengan hukum-hukum isim, yang salah satunya mengatakan bahwa isim berubah mengikuti jenis jantina subjectnya. Di sini kata kitaab (buku) berjenis laki-laki, maka kita pakai isim isyaroh (kata tunjuk) berjenis laki-laki juga iaitu dzalika. Lalu kata dzalika ini menjadi tilka, untuk subject yang berjenis perempuan. Kata pohon berjenis perempuan, maka yang betul kalimatnya menjadi
تلك شجرة
tilka syajaratun = itu(sebuah) pohon.
Dapat bezakan dengan bahasa Melayu?
Ringkasnya:
Dalam bahasa Melayu, kata benda tidak terikat dengan jenis jantina dari subject yang dibicarakan. Dalam bahasa Arab, tidak demikian. Contohnya kata "itu" dalam bahasa arab termasuk kata benda, maka dia terikat dengan hukum kata benda yang salah satunya menyatakan: kata itu berubah bentuk sesuai dengan jenis jantina subject yang dibicarakan. Jadi kata "itu" adalah berupa dzalika (untuk subject laki-laki) atau tilka (untuk subject) perempuan.