:: MAJLIS TERTINGGI SESI 2011/2012 ::

PENASIHAT 1 (مشرف الكبير)
Ustaz Muhammad Anas B. Al Muhsin

PENASIHAT 2 (مناسق المشرف)
Dr. Mohd Hilmi B. Abdullah

PRESIDEN (الرئيس)

Nik Mohd Syazwan B. Nik Mat Daud

TIMBALAN PRESIDEN (نائب الرئيس)

Saiful Islam B. Mamat

NAIB PRESIDEN (مساعدة الرئيس)
Siti Noraini Bt. Mohd Sukerna

SETIAUSAHA (الأمينة)

Noor 'Adilah Bt. Mat Junoh

TIMBALAN SETIAUSAHA 1 (نائب الأمينة)
Muhammad Zulhilmi B. Mat Saad

TIMBALAN SETIAUSAHA 2 (نائبة الأمينة)
Nor Affidah Bt. Japnar

BENDAHARI (
أمينة الصدوق)
Norafidah Bt. Gordani

TIMBALAN BENDAHARI (
نائبة لأمينة الصندوق)
Siti Nur Aqilah Bt. Rosni

بسم الله الرحمن الرحيم
Insya Allah kita mula belajar bahasa Arab dari Al-Quran. Dimulai dari Surat Al-Baqaroh. Tiap posting diusahakan tidak terlalu panjang, agar senang dicerna dan difahami. Kekerapan postingan juga akan diatur.

Sebagai pembuka, mari kita mulai dengan surat Al-Baqaroh ayat 1 dan 2.

بسم الله الرحمن الرحيم

الم
Alif - lam - mim : Hanya Allah yang tahu maksudnya.

ذلك الكتاب
dzalika alkitabu : itu (sebuah) kitab


Pembagian Jenis Kata dalam bahasa Arab:
1. Isim (kata benda)
2. Fi'il (kata kerja)
3. Harf (kata tugas)

Bandingkan dengan bahasa Melayu atau Inggeris, pembahagian kata cukup banyak, ada kata sifat (adjective), kata benda (noun), kata tunjuk, kata ganti, kata kerja (verb), dsb.

Adakah bahasa Arab pembahagian kata sedikit sekali: hanya 3?

Ini pertanyaan awal yang sering muncul pada saat orang baru belajar bahasa Arab.

Sebenarnya tidak. Kata dalam bahasa Arab juga banyak jenisnya. Ambil contoh kata dzalika = itu. Dalam bahasa arab kata ini termasuk kata benda (isim).

Yeke? Bukannya dalam bahasa Melayu kata "itu" adalah kata ganti tunjuk, bukan kata benda? Adakah dalam bahasa arab kata dzalika = itu, termasuk kata benda?

Bukannya dalam bahasa Melayu kata benda itu, misalkan: rumah, kenderaan, dsb.

Ya, betul. Dalam bahasa Arab, rumah, kenderaan dsb itu, juga termasuk kata benda, yang disebut kata benda alam (isim alam), karena benda-benda itu wujud ada di alam. Lalu kata dzalika = itu, disebut kata benda tunjuk (isim isyaroh).

Ooo... begitu... Jadi sebenarnya walaupun dalam bahasa Arab kata hanya dibahagi 3 jenis (isim, fi'il, dan harf), tapi isim sendiri dapat dibahagi-bahagikan lagi. Ada isim alam, ada isim isyaroh, ada isim maushul dsb. Insya Allah kita akan bahas satu-satu nanti.Ooo... kalau memang dzalika = itu, yang dalam bahasa Melayu disebut kata ganti tunjuk, dalam bahasa arab dia termasuk isim isyaroh. Kalau begitu mengapa pengelompokannya dibahagi menjadi 3 bahagian? Kenapa tidak dikelompokkan misalkan 8 bahagian atau sama dengan pengelompokan bahasa Inggeris?

Ok. Di sini menariknya bahasa Arab. Ternyata pengelompokan jenis kata menjadi 3 saja itu tujuannya adalah bahawa: hukum-hukum yang berlaku bagi 3 jenis kata tersebut dalam satu kelompok sama. Contoh, setiap isim, tidak terpengaruh waktu. Misalkan kata buku waktu semalam disebut الكتاب (al-kitaabu), sedangkan waktu esok disebut al-kitaabu.

Sebentar... tidak ada bezanya sama ada bahasa Inggeris atau bahasa Melayu kalau macam tu... Book dalam kalimat Past Tense, tetap Book dalam kalimat future tense. Ok, Anda benar... Maksud hanyalah mengatakan bahawa hukum-hukum isim itu dalam satu kelompok tersendiri. Biar tambah jelas. Kata dzalika (itu), dalam bahasa arab termasuk isim (kata benda), maka kata dzalika itu juga tunduk kepada hukum-hukum isim (misalkan tidak terikat waktu).

Ok... ok, bagaimana kalau dikatakan selain tidak terikat waktu dalam bahasa Arab hukum isim berubah sesuai dengan jenis kelamin subject?
Contohnya disebutkan: Itu buku = ذلك كتاب

Kalau anda di suruh membuat kalimat: Itu pohon. Pohon bahasa Arabnya adalah syajaratun شجرة . Apakah anda akan buat seperti ini:

ذلك شجرة
dzalika sajaratun = itu(sebuah) pohon.

JAWABAN ANDA SALAH. Kenapa?

Karena dzalika adalah isim yang terikat dengan hukum-hukum isim, yang salah satunya mengatakan bahwa isim berubah mengikuti jenis jantina subjectnya. Di sini kata kitaab (buku) berjenis laki-laki, maka kita pakai isim isyaroh (kata tunjuk) berjenis laki-laki juga iaitu dzalika. Lalu kata dzalika ini menjadi tilka, untuk subject yang berjenis perempuan. Kata pohon berjenis perempuan, maka yang betul kalimatnya menjadi

تلك شجرة
tilka syajaratun = itu(sebuah) pohon.

Dapat bezakan dengan bahasa Melayu?

Ringkasnya:
Dalam bahasa Melayu, kata benda tidak terikat dengan jenis jantina dari subject yang dibicarakan. Dalam bahasa Arab, tidak demikian. Contohnya kata "itu" dalam bahasa arab termasuk kata benda, maka dia terikat dengan hukum kata benda yang salah satunya menyatakan: kata itu berubah bentuk sesuai dengan jenis jantina subject yang dibicarakan. Jadi kata "itu" adalah berupa dzalika (untuk subject laki-laki) atau tilka (untuk subject) perempuan.

Oleh جمعية اللغة العربية 9.26.2008


السلام عليكم ورحمة وبركاته
Beberapa masa yang lalu, ketika saya melayari internet saya terjumpa satu blog. Penulis blog itu berasal Indonesia. Kandungan blog itu menjurus kepada pembelajaran Bahasa Arab melalui AL-Quran. Lalu saya pun menghantar emel kepada pemilik blog tersebut (akhi Rafdian Rasyid) untuk meminta izin beliau untuk berkongsi ilmu tentang Bahasa Arab dalam blog beliau. Alhamdulillah beliau mengizinkannya.




InsyaAllah saya akan ‘publish’ setiap topik dalam blog itu untuk pembelajaran bersama. Isi-isi dalam blog itu telah di’edit’ ke dalam bahasa Melayu untuk memudahkan pemahaman kita bersama. InsyaAllah…Segala masalah/ komen/ cadangan/ penilaian/ pemberitahuan dan sewaktu dengannya boleh di’post’kan di ruangan komen. Di sini saya sangat-sangat mengharapkan semua daripada kita mengambil bahagian. InsyaAllah semoga dengan usaha kita yang tidak seberapa ini untuk mempelajari dan memartabatkan Bahasa Arab mendapat balasan di sisi Azza Wajalla.




Tidak lupa juga kepada pemilik asal bahan ini iaitu akhi Rafdian Rasyid semoga Allah sahaja yang membalasnya. Ameen…

Oleh جمعية اللغة العربية

Definisi

الضَّعِيْفُ الْمُحْتَمَلُ الضُّعْفُ إِذَا تَعَدَّدَتْ طُرُقُهُ
Hadis dla’if yang ringan kedla’ifannya, apabila jalannya banyak.

Ada pula yang mendefinisikan dengan;

مَا كَانَ ضَعْفُهُ مُحْتَمَلاً فَعَضَدَهُ مِثْلُهُ أَوْ أَقْوَى مِنْهُ
Apabila kedla’ifannya ringan, lalu dikuatkan dengan hadis yang serupa atau yang lebih kuat darinya.




Penjelasan Definisi

Hadis dla’if yang ringan kedla’ifannya; aitu hadis yang datang dengan sanad yang kedla’ifannya ringan, tidak berat.

Apabila jalannya banyak; dengan adanya satu mutabi’ atau lebih yang semisal atau lebih kuat lagi.

Contoh; Hadis yang dikeluarkan oleh al-Bazar di dalam kitab Musnad, sebagaimana disebutkan di dalam kitab Majma’ az-Zawaid (10/166), Ibnu Syahin di dalam Fadla’il Syahr Ramdlan (h.7), Abdul Ghina al-Maqdisy di dalam kitab Fadlail Ramadhan (h.12) dengan jalan dari;

سَلَمَة بْنُ وَرْدَانٍ، عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: رَقَى رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِنْبَرَ، فَارْتَقَى دَرَجَةً ثُمَّ قَالَ: آمِيْنٌ، ثُمَّ ارْتَقَى دَرَجَةً أُخْرَى، ثُمَّ قَالَ: آمِيْنٌ، … الْحَدِيْثُ فِي فَضَائِلِ رَمَضَانَ
Salamah bin Wardan, dari Anas bin Malik, ia berkata; Rasulullah saw naik ke mimbar, beliau naik satu tangga kemudian mengucap, “Amin”, kemudian naik satu tangga lagi dan mengucap “Amin”…… Hadis tentang keutamaan Ramadan.

Salamah bin Wardan adalah rijal yang dla’if, dalam hal hafalan, dia meriwayatkan beberapa hadis dari Anas bin Malik yang tidak sama dengan hadis yang diriwayatkan oleh rijal yang siqah, hanya saja kedla’ifannya ringan, tidak berat.

Hadis ini diikuti oleh Tsabit al-Banani, yang juga meriwayatkan dari Anas bin Malik. Dikeluarkan oleh Ibnu Syahin (h.4). Tetapi dalam riwayat inipun terdapat kedla’ifan yang ringan juga. Di dalam sanad kepada Tsabit ada Mu’ammal bin Isma’il, yang hafalannya juga lemah.

Dengan bergabungnya dua jalan ini, hadis tersebut menjadi hasan.

Oleh جمعية اللغة العربية 9.25.2008

Hadis dla’if menurut derajat kedla’ifannya dapat dibagi menjadi dua bagian;

1. Hadis yang kedla’ifannya ringan, tidak berat, dimana apabila didukung dengan hadis yang setingkat dengannya akan hilang dla’ifnya, dan meningkat menjadi hasan lighairihi. Seperti karena rawinya adalah seorang yang dla’if yang masih ditulis hadisnya, tetapi tidak bisa menjadi argumen apabila hanya diriwayatkan-nya seorang diri, atau karena di dalam sanadnya terdapat inqitha’ (keterputusan) karena mursal, atau tadlis.



2. Apabila tingkat kedla’ifannya berat, maka tak ada artinya banyaknya tabi’ (pendukung), yaitu apabila rawinya pendusta atau tertuduh pendusta, matruk karena buruknya hafalan atau karena banyaknya kesalahan, atau majhul ‘ain yang tak diketahui sama sekali identitasnya.

Contoh Hadis Dla’if berat, dengan sebab kedla’ifan dalam hal ‘adalah (keadilan) adalah; Hadis yang dikeluarkan oleh al-Khathib al-Baghdadi di dalam Iqtidla’ al-Ilmi al-‘Amali (69) dengan jalan;

عَنْ أَبِي دَاوُدَ النَّخَعِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ الْغَطْفَانِي، عَنْ سَلِيْكٍ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِذَا عَلِمَ الْعَالِمُ وَلَمْ يَعْمَلْ، كَانَ كَالْمِصْبَاحِ يُضِيْءُ لِلنَّاسِ، وَيَحْرُقُ نَفْسَهُ
Dari Abu Dawud an-Nakha’i, telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Ubaidilah al-Ghathfani, dari Salik, ia berkata; Aku mendengar Nabi saw bersabda; Apabila seorang berilmu mengetahui tetapi tidak mengamalkan, maka ia seperti lampu yang menyinari orang lain tetapi membakar dirinya sendiri.
Di dalam sanad ini, nama Abu Dawud an-Nakha’iy adalah Sulaiman bin Amr. Tentang rijal ini Imam Ahmad berkata, “Dia pernah memalsukan hadis”. Ibnu Ma’in berkata, “Dia orang yang paling dusta”. Murrah berkata, “Dia dikenal telah memalsukan hadis”. Al-Bukhari berkata, “Dia ditinggalkan hadisnya, Qutaibah dan Ishaq menuduhnya sebagai pendusta”.

Dengan demikian hadis tersebut melalui sanad ini adalah maudlu’, karena kedla’ifan periwayatnya dalam hal ‘adalah (keadilannya).

Contoh hadis Dla’if berat yang disebabkan oleh kelemahan rawinya dalam dlabth, yaitu hadis yang dikeluarkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab Hilyatu al-Auliya’ (8/252) dengan jalan;

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ خُبَيْقٍ، حَدَّثَنَا يُوْسُفُ بْنُ أَسْبَاطٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ الْعُرْزُمِيّ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سَلِيْمٍ، عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْرَهُ الْكَيَّ وَالطَّعَامَ الْحَارَّ، وَيَقُوْلُ: عَلَيْكُمْ بِالْبَارِدِ، فَإِنَّهُ ذُوْ بَرَكَةٍ، أَلاَ وَإِنَّ الْحَارَّ لاَ بَرَكَةَ فِيْهِ
Dari Abdillah bin Khubaiq, telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Asbath, dari Muhammad bin ‘Ubaidillah al-Urmuzi, dari Shofwan bin Salim, dari Anas bin Malik, ia berkata; Rasulullah saw membenci cos dan makanan panas, dan beliau bersabda; Hendaklah kalian (memakan makanan) yang dingin, karena padanya terdapat berkah. Ketahuilah bahwa (makanan) yang panas tidak ada berkahnya.

Di dalam sanad hadis ini, Muhammad bin Ubaidullah al-‘Urzumiy adalah rijal yang matruk (ditinggalkan hadisnya) karena buruk hafalannya. Pada mulanya ia adalah seorang yang shalih tetapi kemudian kitabnya hilang, sehingga dia mengajarkan hadis dari hafalannya. Dari itulah ia mengajarkan hadis tidak seperti yang tidak diajarkan oleh orang-orang yang siqah, sehingga ahli hadis meninggalkan hadisnya.


Sumber

Oleh جمعية اللغة العربية 9.19.2008

السلام عليكم ورحمة وبركاته



Perhatian kepada semua. Majlis berbuka puasa pada 18 September 2008 seperti berikut:



6.00 ptg: Tadarus Al-Quran
6.45 ptg: Tazkirah Ramadhan (Ustaz Rafa'ie)
7.30 mlm: Solat Maghrib berjemaah (Bitarasiswa)
7.45 mlm: Jamuan
8.20 mlm: Solat Isyak & Tarawih (Surau An-Nur)
9.45 mlm: Perjumpaan semua exco persatuan di bilik persatuan (Kehadiran diwajibkan)




“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyu'.”
[Surah Al-Baqarah: 45]



Sebarang masalah boleh berhubung dengan akhi Hakim (012-9747525) & ukhti Asyitar (013-5051672) & ukhti Nazihah (012--6979182)

Oleh جمعية اللغة العربية 9.17.2008

Apakah Lailatul Qadar bersifat khusus atau umum?
(هل هي ليلة عامة أو خاصة )

Bacaan surah Lailatul Qadar berkumandang di setengah-tengah masjid apabila masuknya malam yang ke 15 Ramadhan. Ada juga dikalangan mereka cuba mentafsirkan semula surah ini dengan mengatakan Lailatul Qadar hanya datang sekali sahaja, iaitu semasa penurunan al-Quran. Dikalangan umat Islam juga mempunyai pandangan yang berbeza mengenai apa yang akan berlaku atau apa yang harus dilakukan pada malam al-Qadar ini. Syiekh Dr Yusuf al-Qaradhawi telah menjelaskan mengenai persoalan samada Lailatul Qadar itu dikhaskan untuk orang-orang tertentu sahaja atau kepada kesemua umat Islam secara umumnya, iaitu mereka yang mendirikan malam pada hari berlakunya peristiwa tersebut.


Diantara perkara yang dibahaskan ulama' disini adalah : apakah Lailatul Qadar dikhususkan kepada beberapa orang (tertentu sahaja), lalu menzahirkan kepadanya melihat alamat-alamat, atau melihatnya didalam mimpi, atau ada karamah luarbiasa yang terjadi, dan tidak berlaku kepada orang lain? Atau ia merupakan satu malam yang bersifat umum kepada kesemua orang Islam, sehingga hasil pahala dapat dikecapi bersama kepada sesiapa yang melakukan solat / qiam pada masa itu, walaupun tidak dizahirkan apa-apa alamat sekalipun?
Maka kebanyakkan ulama telah memilih pandangan kedua, bersandarkan hadith Abu Hurairah ra.:

من يقم ليلة القدر فيوافقها..
"Barangsiapa yang berqiam pada malam Lailatul Qadar maka dia telah menjumpainya..." [Hadith Riwayat Muslim].
Begitu juga dengan hadith A'isyah ra. :-
رأيت يا رسول الله إن وافقت ليلة القدر ما أقول؟ فقال: قولي: اللهم إنك عفوٌّ تحب العفو فاعفُ عني
"Apa pendapat kamu Ya Rasulullah jika aku berjumpa dengan Lailatul Qadar dan apa yang hendak aku ucapkan? Jawab baginda : Katakanlah : Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan yang memberi kemaafan, Engkau mencinta kemaafan, maka maafkanlah aku" [Hadith Riwayat Ibn Maajah dan Imam al-Timudzi].
Maka mereka mentafsirkan perkataan 'menjumpai' atau al-muwaafaqah (الموافقة) dengan maksud 'mengetahuinya', dan ini lah merupakan syarat untuk mendapatkan pahala, ia itu khusus dengannya (dengan 'al-Muwaafaqah').
Ulama' lain memilih makna menjumpainya : iaitu pada diri sendiri, walaupun tidak mengetahuinya, kerana sesungguhnya bukanlah menjadi syarat akibat dari melihat sesuatu atau mendengarnya, sebagaimana yang diperkatakan oleh Imam al-Thabari.
Ada beberapa kalam ulama' yang meletakkan syarat perlu mengetahui Lailatul Qadar telah menjadi sebab kebanyakan orang awam beritiqad bahawa Lailatul Qadar adalah cahaya yang kuat yang dibuka kepada beberapa orang dengan mendapat kegembiraan, dan sebahagian lain tidak mendapatnya. Maka timbullah orang berkata : Si Fulan telah mendapat Lailatul Qadar. KESEMUA INI TERMASUKLAH PERKARA YANG TIDAK DIDASARKAN DENGAN DALIL YANG JELAS DARI SYARA'.
Maka Lailatul Qadar itu bersifat UMUM kepada seluruh umat Islam yang menunggunya, mencari kebaikkan dan ganjarannya, serta apa yang disisi Allah, iaitu malam ibadat dan ketaatan, dengan melakukan Solat, Tilawah al-Quran, berdo'a, melakukan sedekah, menjalinkan silatul rahim, dan segala perbuatan yang baik.
Paling sedikit seseorang Islam itu boleh lakukan pada malam itu adalah : bersolat Isya' berjemaah, dan solat Subuh berjemaah, kerana kedua-duanya menyerupai Qiamullail. Didalam sebuah hadith sahih Nabi :saw bersabda :
من صلى العشاء في جماعة، فكأنما قام نصف الليل، ومن صلى الصبح في جماعة، فكأنما صلى الليل كله
"Barangsiapa yang bersolat Isya' berjemaah, maka seolah-olah dia telah bersolat separuh malam, dan barangsiapa bersolat Subuh berjemaah, maka seolah-olah dia telah bersolat sepenuh malam" [Hadith Riwayat Ahmad dan Muslim dengan lafaznya, dari hadith Uthman, Sahih al-Jaami' al-Shaghir #6341].
Maksudnya 'barangsiapa yang telah bersolat Subuh', iaitu setelah menunaikan solat Isya', dan diperjelaskan didalam sebuah hadith riwayat Abu Daud dan Imam al-Tirmudzi :-
من صلى العشاء في جماعة كان كقيام نصف ليلة، ومن صلى العشاء والفجر في جماعة كان كقيام ليلة
"Barangsiapa bersolat Isya' berjemaah, seakan-akan dia bersolat separuh malam, dan barangsiapa yang bersolat Isya' dan Fajar berjemaah, seakan-akan dia telah melakukan Qiamullail" [Rujukan seperti diatas, hadith #6342].
Terjemahan dari buku :
Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi. Fiqh al-Shiyaam. Beirut : Muaasasah al-Risalah, 2001. ms 133.

Sumber

Oleh جمعية اللغة العربية 9.16.2008


السلام عليكم ورحمة وبركاته
Selepas program HIPPBAR berlangsung dengan jayanya, PBA terus menyerlah dengan mengadakan satu lagi program iaitu Festival Bahasa Arab 2008 ( FBA 08 ). FBA 08 ini telah diadakan selama tiga hari, bermula pada 26-28 Ogos, bertempat di Bilik Seminar Bitarasiswa, UPSI. Tema yang dipilih bagi menjayakan program ini ialah ‘ Bahasa Arab Sepanjang Zaman’, bertujuan untuk memartabatkan lagi Bahasa Arab disamping menyedarkan semua bahawa Bahasa Arab ialah bahasa yang boleh digunakan setiap masa, tanpa mengira masa dan ketika.


Sepanjang tiga hari program ini berlangsung, pelbagai aktiviti telah dijalankan. Majlis perasmian pada hari pertama diserikan dengan kehadiran Juara AQ3 iaitu saudara Fakhrul Radhi yang dijemput khas untuk memperdengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran. Selain itu, persembahan nasyid olah kanak-kanak Taski ABIM Tanjong Malim juga turut menghiburkan. Pada hari pertama, aktiviti utama yang diadakan ialah Taaruf Interaktif dan juga Sharing Moment. Sewaktu Sharing Moment, semua yang terlibat berkesempatan untuk bersemuka dan melihat sendiri wajah orang Arab yang sebenar dan juga berpeluang berkomunikasi secara terbuka dengan mereka. Mereka sebenarnya dijemput khas oleh PBA melalui wakil Al-Diwan iaitu Ustaz Nasser.

Pada hari kedua program diteruskan dengan Kursus Intensif Bahasa Arab dan juga pertandingan pengucapan awam Bahasa Arab. Untuk Kursus Intensif Bahasa Arab, PBA telah menjemput penceramah yang agak terkenal iaitu Dr. Abdul Razak untuk berkongsi ilmu dengan semua. (Dr. Abdul Razak boleh dihubungi melalui http://drarabic.blogspot.com). Bagi pertandingan pengucapan awam pula, PBA telah menjemput Brother Islam daripada Al-Diwan sebagai hakim pertandingan.

Pada hari terakhir pula, terdapat Demonstrasi Khat daripada pelajar Darul Quran, pertandingan khat dan juga Kuiz Bahasa Arab. Majlis penutup yang dirasmikan oleh penasihat PBA sendiri iaitu Tuan Haji Mohamad Khairul Azman Ajuhary tamat pada sekitar jam 4.30 petang. Pihak PBA mengucapkan terima kasih kepada semua jemputan yang dapat hadir untuk memeriahkan program ini. Tidak lupa juga kepada semua AJK PBA yang terlibat bagi menjayakan FBA 08 ini. Akhir sekali, pihak PBA memohon maaf di atas semua kekhilafan yang berlaku sepanjang FBA 08 ini berlangsung. Semoga semua kekhilafan ini akan diperbaiki pada masa yang akan datang.

“Bahasa Arab Sepanjang Zaman”












Oleh جمعية اللغة العربية 9.15.2008

Definisi

مَا لَمْ يَجْمَعْ صِفَاتُ الْقُبُوْلِ بِفَقْدِ شَرْطٍ مِنْ شُرُوْطِهِ


Apabila tidak terkumpul sifat-sifat (yang menjadikannya dapat) diterima (shahih), karena hilangnya salah satu dari syarat-syarat (hadis sahih)

Penjelasan Definisi

Tidak terkumpul sifat-sifat yang menjadikannya dapat diterima; syarat diterima suatu hadis, sebaimana yang telah dibahas, antara lain;

1. Memiliki sanad hingga kepada Nabi saw
2. Sanadnya bersambung
3. Rawinya ‘adil dan dlabith
4. Tidak mengandung syadz
5. Tidak ada illah


Hilangnya salah satu syarat diterimanya hadis; Apabila hilang syarat yang pertama, maka hadis itu tidak bisa dinisbahkan kepada nabi saw, melainkan disandarkan kepada shahabat, tabi’in atau tabi’ tabi’in, sesuai dengan nama yang tercantum di dalam sanad tersebut.

Apabila tidak terpenuhi syarat kedua, maka hadis itu dinamakan mursal.

Apabila tidak terpenuhi bagian pertama dari syarat yang ketiga, yaitu sifat ‘adil, maka hadis itu termasuk matruk atau maudlu’, dan jika tidak ada syarat ketiga bagian yang kedua iaitu dlabth maka hadis tersebut disebut dla’if, matruk, atau bahkan maudlu’ yang disebabkan oleh kelemahan rawi.

Apabila hilang syarat yang keempat, maka hadis itu dinamakan syadz atau matruk.

Dan apabila tidak memenuhi syarat yang kelima, maka hadis itu dinamakan mu’allal.

Oleh جمعية اللغة العربية 9.10.2008


Oleh: Zaharuddin Abd Rahman

Pada hemat saya, kita bolehlah mengatakan bahawa objektif atau sasaran yang perlu dicapai oleh Muslim di bulan Ramadhan ini kepada dua yang terutama. Iaitu taqwa dan keampunan. Perihal objektif taqwa telah disebut dengan jelas di dalam ayat 183 dari surah al-Baqarah. Manakala objektif ‘mendapatkan keampunan' ternyata dari hadith sohih tentang Sayyidatina Aisyah r.a yang bertanya kepada nabi doa yang perlu dibaca tatkala sedar sedang mendapat lailatul qadar. Maka doa ringkas yang diajar oleh Nabi SAW adalah doa meminta keampunan Allah SWT.

Bagaimanapun, kemampuan untuk mendapatkan kesempurnaan pahala ramadhan kerap kali tergugat akibat kekurangan ilmu dan kekurang perihatinan umat Islam kini. Antara yang saya maksudkan adalah :-



1) Makan dan minum dengan bebas setelah batal puasa dengan sengaja (bukan kerana uzur yang diterima Islam). Perlu diketahui bahawa sesiapa yang batal puasanya dengan sengaja tanpa uzur seperti mengeluarkan mani secara sengaja, merokok, makan dan minum. Ia dilarang untuk makan dan minum lagi atau melakukan apa jua perkara yang membatalkan puasa yang lain sepanjang hari itu. (Fiqh as-Siyam, Al-Qaradawi, hlm 112).

Ia dikira denda yang pertama baginya selain kewajiban menggantikannya kemudiannya. Keadaan ini disebut di dalam sebuah hadith, Ertinya : "sesungguhnya sesiapa yang telah makan (batal puasa) hendaklah ia berpuasa baki waktu harinya itu" (Riwayat al-Bukhari)

2) Makan sahur di waktu tengah malam kerana malas bangun di akhir malam. Jelasnya, individu yang melakukan amalan ini terhalang dari mendapat keberkatan dan kelebihan yang ditawarkan oleh Nabi SAW malah bercanggah dengan sunnah baginda. "Sahur" itu sendiri dari sudut bahasanya adalah waktu terakhir di hujung malam. Para Ulama pula menyebut waktunya adalah 1/6 terakhir malam. (Awnul Ma'bud, 6/469). Imam Ibn Hajar menegaskan melewatkan sahur adalah lebih mampu mencapai objektif yang diletakkan oleh Nabi SAW. (Fath al-Bari, 4/138)

3) Bersahur dengan hanya makan & minum sahaja tanpa ibadah lain. Ini satu lagi kesilapan umat Islam kini, waktu tersebut pada hakikatnya adalah antara waktu terbaik untuk beristigfar dan menunaikan solat malam.

Firman Allah ketika memuji orang mukmin ertinya : " dan ketika waktu-waktu bersahur itu mereka meminta ampun dan beristighfar" (Az-Zariyyat : 18)

يا رسول الله , أي الدعاء أسمع ؟ : قال : جوف الليل الأخير ودبر الصلوات المكتوبة
Ertinya : "Ditanya kepada Nabi (oleh seorang sahabat) : Wahai Rasulullah :" Waktu bilakah doa paling didengari (oleh Allah s.w.t) ; jawab Nabi : Pada hujung malam (waktu sahur) dan selepas solat fardhu" ( Riwayat At-Tirmidzi, no 3494 , Tirmidzi & Al-Qaradhawi : Hadis Hasan ; Lihat Al-Muntaqa , 1/477)

4) Menunaikan solat witir sejurus selepas terawih. Menurut dalil-dalil yang sohih, waktu yang terbaik bagi solat witir adalah penutup segala solat sunat di sesuatu hari itu berdasarkan hadith ertinya "Jadikanlah solat sunat witir sebagai solat kamu yang terakhir dalam satu malam". (Fath al-Bari, no 936). Sememangnya tidak salah untuk melakukan witir selepas terawih, cuma sekiranya seseorang itu yakin akan kemampuannya untuk bangun bersahur dan boleh melakukan solat sunat selepas itu, maka adalah lebih elok ia melewatkan witirnya di akhir malam.

5) Tidak menunaikan solat ketika berpuasa. Ia adalah satu kesilapan yang maha besar. Memang benar, solat bukanlah syarat sah puasa. Tetapi ia adalah rukun Islam yang menjadi tonggak kepada keislaman sesorang. Justeru, ‘ponteng' solat dengan sengaja akan menyebabkan pahala puasa seseorang itu menjadi ‘kurus kering' pastinya.

6) Tidak mengutamakan solat Subuh berjemaah sebagaimana Terawih. Ini jelas suatu kelompongan yang ada dalam masyarakat tatakala berpuasa. Ramai yang lupa dan tidak mengetahui kelebihan besar semua solat fardhu berbanding solat sunat, teruatamnya solat subuh berjemaah yang disebutkan oleh Nabi SAW bagi orang yang mendirikannya secara berjemaah, maka beroleh pahala menghidupkan seluruh malam.

7) Menunaikan solat terawih di masjid dengan niat inginkan meriah. Malanglah mereka kerana setiap amalan di kira dengan niat, jika niat utama seseorang itu ( samada lelaki atau wanita) hadir ke masjid adalah untuk meriah dan bukannya atas dasar keimanan dan mengharap ganjaran redha Allah sebagaimana yang ditetapkan oleh Nabi SAW di dalam hadith riwayat al-Bukhari. Maka, "Sesungguhnya sesuatu amalan itu dikira dengan niat". (Riwayat al-Bukhari)

8) Bermalasan dan tidak produktif dalam kerja-kerja di siang hari dengan alasan berpuasa. Sedangkan, kerja yang kita lakukan di pejabat dengan niat ibadat pastinya menambahkan lagi pahala. Justeru, umat Islam sewajarnya memperaktifkan produktiviti mereka dan bukan mengurangkannya di Ramadhan ini.

9) Memperbanyakkan tidur di siang hari dengan alasan ia adalah ibadat. Sedangkan Imam As-Sayuti menegaskan bahawa hadith yang menyebut berkenaan tidur orang berpuasa itu ibadat adalah amat lemah. (al-Jami' as-Soghir ; Faidhul Qadir, Al-Munawi, 6/291)

10) Menganggap waktu imsak sebagai ‘lampu merah' bagi sahur. Ini adalah kerana waktu imsak sebenarnya tidak lain hanyalah ‘lampu amaran oren' yang di cadangkan oleh beberapa ulama demi mengingatkan bahawa waktu sahur sudah hampir tamat. Ia bukanlah waktu tamat untuk makan sahur, tetapi waktu amaran sahaja. Lalu, janganlah ada yang memberi alasan lewat bangun dan sudah masuk imsak lalu tidak dapat berpuasa pada hari itu. Waktu yang disepakti ulama merupakan waktu penamat sahur adalah sejurus masuk fajar sadiq (subuh). (As-Siyam, Dr Md ‘Uqlah, hlm 278)

11) Wanita berterawih beramai-ramai di masjid tanpa menjaga aurat. Ini nyata apabila ramai antara wanita walaupun siap bertelekung ke masjid, malangnya kaki dan aurat mereka kerap terdedah da didedahkan berjalan dan naik tangga masjid di hadapan jemaah lelaki. Tatkala itu, fadhilat mereka solat di rumah adalah lebih tinggi dari mendatangkan fitnah buat lelaki ketika di masjid.

12) Memasuki Ramadhan dalam keadaan harta masih dipenuhi dengan harta haram, samada terlibat dengan pinjaman rumah, kad kredit, insuran, pelaburan dan kereta secara riba. Ini sudah tentu akan memberi kesan yang amat nyata kepada kualiti ibadah di bulan Ramadhan, kerana status orang terlibat dengan riba adalah sama dengan berperang dengan Allah dan RasulNya, tanpa azam dan usaha untuk mengubahnya dengan segera di bulan 'tanpa Syaitan' ini, bakal menyaksikan potensi besar untuk gagal terus untuk kembali ke pangkal jalan di bulan lain.

Nabi Muhammad menceritakan :-

ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلى السَّمَاءِ يا رَبِّ يا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Ertinya : menyebut tentang seorang pemuda yang bermusafir dalam perjalanan yang jauh, hal rambutnya kusut masai, mukanya berdebu di mana dia mengangkat tangan ke langit : Wahai Tuhanku...wahai Tuhanku... sedangkan makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram..Dan dia dibesarkan dengan memakan makanan haram maka bagaimana Kami mahu mengabulkan doanya. ( Riwayat Muslim, no 1015, 2/703 ; hadis sohih)

Justeru, bagaimana Allah mahu memakbulkan doa orang yang berpuasa sedangkan keretanya haram, rumahnya haram, kad kreditnya haram, insurannya haram, simpanan banknya haram, pendapatannya haram?. Benar, kita perlu bersangka baik dengan Allah, tetapi sangka baik tanpa meloloskan diri dari riba yang haram adalah penipuan kata Imam Hasan Al-Basri.

13) Tidak memperbanyakkan doa tatkala berpuasa dan berbuka. Ini satu lagi jenis kerugian yang kerap dilakukan oleh umat Islam. Nabi SAW telah menyebut :-

ثلاثة لا ترد دعوتهم , الإمام العادل , والصائم حتى يفطر ودعوة المظلوم
Ertinya : "Tiga golongan yang tidak di tolak doa mereka, pemimpin yang adil, individu berpuasa sehingga berbuka dan doa orang yang di zalimi" ( Riwayat At-Tirmizi, 3595, Hasan menurut Tirmizi. Ahmad Syakir : Sohih )

Selain itu, doa menjadi bertambah maqbul tatkala ingin berbuka berdasarkan hadith.

إن للصائم عند فطره دعوة لا ترد
Ertinya : "Sesungguhnya bagi orang berpuasa itu ketika berbuka (atau hampir berbuka) doa yang tidak akan ditolak" ( Riwayat Ibn Majah, no 1753, Al-Busairi : Sanadnya sohih)
Sekian
Zaharuddin Abd Rahman

www.zaharuddin.net
17 Oktober 2006
( Ulang siar pada 11 Sept 07 )
(Ulang siar pada 31 Ogos 2008 )

Oleh جمعية اللغة العربية 9.08.2008

السلام عليكم ورحمة وبركاته

Himpunan Perintis Persatuan Bahasa Arab (HIPPBAR) merupakan program luar yang pertama diadakan oleh Persatuan Bahasa Arab UPSI, setelah hampir dua semester ia ditubuhkan. Program HIPPBAR, yang bertemakan ‘Majulah Syabab Mustaqbal Untuk Agama’ telah diadakan di Pusat Latihan Sri Raudhah, Gombak, Selangor selama tiga hari dua malam, iaitu bermula pada Jumaat (22 Ogos 2008) dan berakhir pada Ahad (24 Ogos 2008). Pada mulanya program ini disertai seramai hampir 70 orang peserta namun demikian ramai peserta yang membatalkan penyertaan mereka pada saat akhir kerana masalah yang tidak dapat dielakkan. Akhirnya, jumlah akhir peserta dan juga urusetia yang mengikuti program ini adalah seramai 47 orang.



Sepanjang tiga hari program ini diadakan, pelbagai aktiviti telah dijalankan. Sejajar dengan objektif utama program ini iaitu menambah pengetahuan Bahasa Arab kepada para peserta, menanam semangat cintakan Bahasa Arab dan juga memberi ruang kepada ahli untuk mengaplikasikan Bahasa Arab, aktiviti-aktiviti yang diadakan banyak berfokuskan kepada objektif-objektif ini. Antara aktiviti-aktiviti tersebut ialah Bengkel nahu dan sorof, lakonan hiwar dan juga tafsir ayat al-Quran. Mengikut perancangan asal, semua bengkel akan kendalikan oleh Ustaz Khairul Azman iaitu Penasihat Persatuan tetapi terpaksa ditukar pada saat-saat akhir kerana beberapa masalah teknikal dan diganti oleh Saudara Adil Mufti iaitu Presiden Persatuan Bahasa Arab UIA.

Sebenarnya, bengkel-bengkel yang diadakan di sini ialah kesinambungan daripada bengkel yang telah diadakan di Upsi, cuma kelebihan yang dapat dilihat di sini ialah para peserta dapat belajar dalam suasana yang berbeza, segar dan lebih santai. Selain itu, terdapat juga aktiviti yang menguji ketahanan mental dan fizikal para peserta iaitu Black & Hunts dan juga Hikmah Kembara. Hikmah Kembara boleh dikatakan aktiviti yang paling mencabar kerana para peserta dikehendaki menempuhi pelbagai halangan sebelum sampai ke satu kawasan air terjun yang indah.

Memandangkan HIPPBAR merupakan program luar yang pertama diadakan oleh PBA, maka banyak kelemahan dan kelebihan yang dapat dikongsi bersama oleh semua peserta. Namun demikian, semua pengalaman yang diperolehi sepanjang program ini akan dijadikan panduan pada masa hadapan. Walaubagaimanapun, secara keseluruhannya, HIPPBAR merupakan satu program yang berjaya. Akhir sekali, pihak PBA memohon maaf kepada semua peserta yang terlibat jika ada kekurangan dan kelemahan di pihak kami dan semoga sama-sama kita membaikinya untuk kebaikan masa hadapan.

Wallahu a'lam...





Oleh جمعية اللغة العربية 9.07.2008

السلام عليكم ورحمة وبركاته


Definisi

الْحَسَنُ لِذَاتِهِ إِذَا رُوِيَ مِنْ طَرِيْقٍ آخَرٍ مِثْلَهُ أَوْ أَقْوَى مِنْهُ، وَسُمِّيَ صَحِيْحًا لِغَيْرِهِ لِأَنَّ الصِّحَّةَ لَمْ تَأْتِ مِنْ ذَاتِ السَّنَدِ، وَإِنَّمَا جَاءَتْ مِنْ انْضِمَامِ غَيْرِهِ إِلَيْهِ

Adalah hadis hasan lidzatihi apabila diriwayatkan dari jalan lain yang setingkat atau lebih kuat darinya. Dan dinamakan hadis shahih lighairihi, karena keshahihannya tidak datang dari sanadnya sendiri, tetapi karena bergabung dengan sanad yang lain.


Penjelasan Definisi

Diriwayatkan dari jalan lain yang setingkat; Maksudnya adalah ada riwayat dengan sanad lain yang menyamai kekuatan dlabthnya.

Sedangkan yang lebih kuat; yaitu hadis sahih lidzatihi.

Dinamakan hadis shahih lighairihi; menjadi hadis sahih karena bergabungnya dua jalan.
Keshahihannya tidak datang dari sanadnya sendiri; Maksudnya ketetapan-nya sebagai hadis sahih tidak didasarkan pada satu sanad saja, melainkan karena digabungkannya dengan sanad yang lain yang sama atau lebih kuat.




Oleh جمعية اللغة العربية

Definisi
مَا اسْتَوْفَى شُرُوْطُ الصِّحَّةِ إِلاَّ أَنَّ أَحَدَ رُوَاتِهِ أَوْ بَعْضَهُمْ دُوْنَ رَاوِي الصَّحِيْحِ فِي الضَّبْطِ بِمَا لاَ يَخْرِجُهُ عَنْ حَيِّزِ اْلإِحْتِجَاجِ بِحَدِيْثِهِ
Adalah hadis yang memenuhi syarat sebagai hadis sahih , hanya saja kualitas dhabth (keakuratan) salah seorang atau beberapa orang rawinya berada di bawah kualitas rawi hadis sahih, tetapi hal itu tidak sampai mengeluarkan hadis tersebut dari wilayah kebolehan berhujjah dengannya.

Hadis seperti ini disebut hasan lidzatihi


Penjelasan Definisi

Hadis yang memenuhi syarat sebagai hadis sahih. Dalam hal ini syarat hadis sahih adalah;

1. Adanya sanad sampai kepada Rasulullah saw.
2. Persambungan sanad sampai kepada Rasulullah saw.
3. Tiadanya syadz (keganjilan)
4. Tiadanya illah (cacat tersembunyi)

Sedangkan syarat dlabth menjadi titik pembeda antara keduanya. Rawi hadis hasan tingkat dlabthnya berada di bawah kualitas rawi hadis sahih. Periwayat hadis hasan biasanya disebut dengan istilah, shaduq (jujur), laa ba’sa bih (tidak apa-apa), siqah yukhthi’ (terpercaya tetapi banyak kesalahan), atau shaduq lau awham (jujur tetapi diragukan).
Contoh hadis hasan; Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Quththan di dalam Ziyadah ‘ala Sunan Ibni Majah (2744) dengan jalan
يَحْيَ بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ عَمْرو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُفْرٌ بِامْرِئٍ ادَّعَا نَسَبَ لاَ يَعْرِفُهُ، أَوْ جَحَّدَهُ، وَإِنْ دَقَّ، وَسَنَدُهُ حَسَنٌ
Yahya bin Sa’id, dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, berkata; Rasulullah saw bersabda; “kafirlah orang yang mengaku-aku nasab orang yang tidak diketahuinya, atau menolak nasab (yang sebenarnya), meskipun samar” Hadis ini sanadnya hasan.

Di dalam sanad hadis ini terdapat Amr bin Syu’aib bin Muhammad, bin Abdullah bin Amr bin al-Ash. al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab at-Taqrib (2/72) mengatakan, bahwa ia adalah shaduq.

Sumber

Oleh جمعية اللغة العربية 9.03.2008


السلام عليكم ورحمة وبركاته



Persatuan Bahasa Arab Universiti Pendidikan Sultan Idris mengucapkan Selamat Menyambut Ramadhan Al-Mubarak kepada semua ahli persatuan serta muslimin dan muslimat termasuk warga UPSI di mana-mana sahaja anda berada dengan ucapan Ramadhan Kareem. Semoga Ramadhan kali ini kita semua mendapat A++ sebelum Ramadhan meninggalkan kita ataupun kita yang meninggalkan Ramadhan.


Di sini kami mengajak anda semua termasuk diri kami yang kerdil untuk sama-sama merebut peluang yang ada sebelum terlambat. Bersyukurlah kita kerana masih dipanjangkan umur untuk bertemu Ramadhan 1429H. Mahu tak mahu kita akan sentiasa berbahasa Arab setiap hari sama ada faham ataupun tidak. Jangan sebut kita tak tahu bahasa Arab sedangkan hari-hari kita menggunakannya. Yang tinggal hanyalah kemahuan diri dan niat di hati.



Akhir kata, majulah bahasa Arab sepanjang zaman.

Wallahu a'la wa a'lam...

Oleh جمعية اللغة العربية 9.01.2008

Subscribe here

Program Terkini

Program Terkini